Berduka, Bersuka

Andi Natanael
2 min read2 days ago

--

Entah mengapa aku menulis tentang ini, mungkin karena aku sedang menyukai dua lagu yang temanya berkaitan dengan perpisahan atau kepulangan: Kita Ke Sana dari Hindia dan Gala bunga matahari dari Sal Priadi. Secara musikalitas (mungkin selera orang berbeda), keduanya bagus dalam membawakan lagu-lagu itu. Liriknya juga ngena buat orang-orang yang sedang atau pernah mengalami perpisahan terakhir dengan yang dicintai.

Seperti kutipan lirik “kita ke sana, selagi masih bisa bersama”, aku merasa diajak untuk terus menikmati waktu dengan orang-orang yang aku sayang. Karena aku tidak tau siapa yang terlebih dahulu kembali kepada Sang Khalik, makanya perlu mempersiapkan waktu untuk membuat memori indah. Bahkan kalau menonton video musik dari lagu Kita Ke Sana, akan mudah menemukan rasa sedih dan ditambahi dengan kolom komentar di video musiknya di YouTube, aku yakin pasti akan terharu. Banyak cerita mengenai pertemanan yang “terpaksa” berpisah karena salah satu dari mereka pergi meninggalkan dunia ini.

Photo by Annie Spratt on Unsplash

Jujur, aku juga takut kalau tiba-tiba ditinggalkan orang terkasih. Apalagi aku hanya memiliki sedikit manusia yang bermakna besar di kehidupan. Kalau misalnya boleh, aku saja yang lebih dahulu meninggalkan mereka agar aku tidak merasakan duka. Namun, aku mau mengembalikan semuanya kepada Sang Maha Penentu. Lagipula, aku harus tetap hidup.

Sal Priadi juga mengungkapkan rasa rindu ketika duka melalui lagu Gala bunga matahari, “’Kan kuceritakan padamu bagaimana hidupku tampamu”. Di lagu ini juga, Sal menginginkan orang yang sudah tiada muncul dalam kehidupannya, bahkan jika hanya sekadar menjadi bunga matahari. Aku juga mungkin akan merasakan hal yang sama. Mengharapkan seseorang yang sudah tiada untuk sesekali mampir di kehidupan, bahkan jika hanya menjadi sepucuk bunga. Berbicara dengan bahasa tumbuhan, mekar, dan merekah menceritakan kehidupan disana. Dan aku juga akan menceritakan bagaimana hidupku tanpanya, seperti lirik lagu ini.

Bukan, bukan karena aku ingin meninggalkan dunia (mungkin belum), tetapi aku mau mencari makna lain dari duka. Merayakan duka adalah hal yang sulit aku bayangkan. Bahkan, aku jarang sekali pergi ke acara pemakaman. Terakhir, aku pergi ke pemakaman ayah dari temanku. Sebelum itu, sudah hampir 1 tahun aku tidak melihat bagaimana mereka berduka. Berduka, bersuka. Ah, semoga aku bisa menjadi lebih kuat melihat banyak hal yang berguguran. Bukan hanya tentang manusia, semua harapanku yang pernah gagal akan aku rayakan dengan sukacita.

Photo by Claire Kelly on Unsplash

Untuk siapapun yang sedang berduka, aku sampaikan salam hangat dan pelukan terbaik untuk sekadar menyembuhkan rasa sedih. Kalau mau meminta aku menjadi teman bersuka, aku sangat berkenan untuk hadir, bahkan jika hanya memerlukan pundakku untuk menangis, aku siap. Berduka, bersuka!

--

--