Kopi Rabu, Sepuluh Ribu

Andi Natanael
2 min readJun 26, 2024

--

Tenang, ini bukan iklan, tetapi kalau mau endorse aku, aman banget. Tunggu akun Instagram aku banyak followers kali ya, atau coba main TikTok? Bukan, bukan itu yang mau aku ceritakan. Eh, tetapi kopinya oke kok. Aku pesan yang kopi gula aren. Hei, cukup-cukup promosinya. Aku mau menceritakan bagaimana kopi mengubah kehidupanku dalam satu hari.

Oke, aku menulis ini sambil meminum kopi dengan harga sepuluh ribu di hari rabu. Kenapa rabu? Karena di outlet jualan kopinya memang ada promo setiap hari rabu untuk pembelian kopi varian apapun. Ini pertama kali aku membeli kopi di tempat tersebut. Belinya setelah aku keluar dari stasiun. Disana ada minimarket (yah ketahuan) yang sekalian jualan kopi. Tadinya tidak mau ngopi, tetapi kalau masih pagi, sepertinya aman.

Bukan Promosi (Dok. Pribadi)

Aku dan kopi adalah love hate relationship. Kok bisa? Aku bisa berhubungan baik dengan kopi di pagi dan siang hari tetapi hubunganku buruk di sore dan malam hari. Maksudnya? Sebenarnya sulit dijelaskan, tetapi efek kopi ke badanku berbeda antara pagi-siang dan sore-malam.

Kemarin, aku dikasih kopi sama atasan di kantor. Sebenarnya kalau ada kasih sesuatu, ada pertanda buruk. Namun aku lebih memilih bodo amat, lumayan dapat kopi gratis. Masalahnya, kopinya dikasih sore hari. Tidak mungkin aku menolak. Akhirnya aku minum saja kopinya, tepat di jam 17.30 WIB. Ah, masalah sudah dimulai.

Kopi kuminum, efeknya langsung kelihatan. Ketika aku pulang kerja, aku menjadi segar. Di kereta, aku tidak tidur, padahal dapat tempat duduk. Sesampainya aku di stasiun, aku mengendarai sepeda motor dengan sat-set dan selap-selip. Benar-benar seperti dapat energi baru. Ketika aku di rumah, aku langsung makan malam dan menonton sebentar sampai jam 11 malam. Hampir lupa mandi, tetapi akhirnya aku mandi jam 10.30 malam. Malah tidak tidur sampai jam setengah 1 pagi. Itu juga aku paksa untuk tidur.

Photo by Ben Kolde on Unsplash

Paginya, aku bangun jam 4 pagi untuk mempersiapkan hari. Karena kebetulan aku lagi sendiri di rumah, aku kembali menjadi anak kost yang mempersiapkan apa-apa sendiri. Namun karena efek kopi, kepalaku sedikit pusing. Sebenarnya ingin bolos, tetapi tanggung, sudah mau selesai juga pekerjaannya. Lagi-lagi colongan untuk resign. Akhirnya aku berangkat ke stasiun agak telat, pukul 06.15 pagi.

Setelah sampai di stasiun tujuan, aku kembali beli kopi. Iya, kopi yang harganya sepuluh ribu itu. Padahal belum ada 24 jam yang lalu, aku minum kopi. Ah, benar-benar candu sekali kopi ini. By the way, ada yang mau aku ajak ngopi bareng, nggak? Mumpung kosong terus ini di akhir pekan.

--

--