Memang Mau Selesai

Andi Natanael
2 min read4 days ago

--

Di awal Juli, aku merasa hidup semakin aneh. Ada beberapa hal yang tidak bisa aku terima tetapi aku tetap coba jalani untuk sementara. Sebenarnya sudah bisa resign karena kontrak sudah habis, tetapi tiba-tiba ada perpanjangan kontrak. Akus udah coba negosiasi untuk tidak melanjutkannya, tetapi saran dari yang memberi kontrak, coba perpanjang saja. Setelah itu, nanti langsung diajukan one month notice agar sama-sama enak. Ah, aku iyakan saja walaupun sebenarnya sudah tidak kerasan lagi disana. Sampai aku mengetik ini, aku belum menandatangani perpanjangan kontrak itu.

Photo by Abbie Bernet on Unsplash

Aku mau selesai karena disana tidak mendapatkan apa yang aku harapkan. Karir, kedamaian, ketenangan, bahkan pulang jam 5 tepat seperti haram dilakukan. Aku muak, makanya hari Senin di awal Juli, aku memutuskan untuk tidak masuk. Alasannya sakit, memang benar sakit. Kepala agak pusing, mata perih, dan badan sedikit lemas. Apalagi orang tua sedang pulang kampung, kakak juga kerja dan tinggal di mess. Ya, aku bergeser ke rumah saudara sekalian main sama keponakan.

Kenapa aku mau selesai? Padahal backup plan juga tidak sempurna. Namun, aku sudah harus menyelesaikan semuanya. Memang kata orang, mencari pekerjaan itu susah. Namun, kalau pekerjaan yang sedang dijalankan malah menjadi hidup tidak tenang, cenderung mudah emosi, dan banyak hal buruk lainnya, apakah harus dipertahankan? Mau berkata kasar, tetapi aku mau melatih diriku untuk menjadi anak yang sopan dan taat sama ajaran Tuhan.

Photo by Marten Bjork on Unsplash

Lalu, apakah aku melanjutkan semuanya, setidaknya untuk satu bulan ini? Entahlah, aku pun mulai bimbang. Namun jika sudah dijamin bisa melakukannya, aku akan mencoba sebisa aku. Setidaknya dalam sebulan nanti, aku bisa mengumpulkan uang untuk ke tabungan. Entahlah, aku tidak paham.

--

--